Mom Blogger Community

Mom Blogger Community
Member Of MBC

Minggu, 09 April 2017

Bicaralah! Kamu Tidak Sendiri Sahabat....





Saya sangat senang ketika seorang sahabat mengundang saya untuk hadir diacara Hari Kesehatan Dunia yang diadakan di Kemenkes tangal 4 April 2017 kemarin, dengan 4 narasumber:
  • Dr. dr. Fidiansjah, SpKJ, MPH  Direktur P2MKJN
  • dr. Eka Viora, SpKJ, Ketua PDSKJI
  • Nursiladewi, WHO
  • Yana, Survivor Depresi Pasca Melahirkan
Acara yang mengingatkan, betapa saya juga dulu pernah terperosok kedalam lubang hitam bernama depresi. Tak mungkin saya lupa, sekitar 6 tahun yang lalu tiba-tiba saya dilanda kesedihan setiap harinya. Menangis tanpa sebab mengisi hari-hari saya selama berhari-hari. Bahkan tak ada lagi minat ingin melakukan aktivitas apapun. Termasuk dua hal yang sangat saya sukai yaitu menulis dan membaca. Yang ada saya hanya ingin tidur seharian tanpa melakukan apapun. Tapi disisi lain saya mengalami sulit tidur dan sering terbangun di malam hari. Jadi tertidur enggak, tapi malas beranjak dari tempat tidur. Bayangkan! betapa jenuhnya hidup saya, yang hanya berbaring gelisah setiap harinya tanpa ada energi untuk beraktivitas. Ditambah lagi tidak adanya ketertarikan pada hal apapun. Dunia saya yang dulu penuh warna, berubah abu-abu dan membosankan! Mungkin masih lebih baik berwarna hitam meskipun pekat. Tapi abu-abu? Oh no! Sungguh tak menggairahkan sama sekali warna hidup saya pada saat berada di titik nol seperti ini. Seolah-olah dunia saya berhenti di titik terendah bahkan mendekati minus.

Akibat di dera rasa jenuh karena mengalami hari-hari yang tanpa warna, tanpa harapan serta hilangnya hasrat, saya pun berkali-kali berniat ingin bunuh diri karena frustrasi. Meskipun belum sampai tahap memiliki keberanian untuk melakukannya. Selain berniat ingin bunuh diri, rasa mudah marah dan gampang tersinggung juga menghampiri. Ketika suami salah bicara sedikit saja, saya langsung sakit hati dan kabur dari rumah. Akibatnya suami panik mencari-cari keberadaan saya yang baru pulang menjelang malam hari. Bahkan ketika frustasi sudah memuncak, saya hanya bisa mengamuk dengan melemparkan semua buku-buku yang ada di rak hingga berantakan. Yang lebih tragis lagi, anak-anak saya terutama yang paling kecil, sampai takut berdekatan dan tidur sekamar. Saya sering menangis mengingat hal terakhir ini, ketika anak-anak tiba-tiba merasa asing dan takut dengan ibunya sendiri yaitu saya. 

 
 Wajah Murung Saya Ketika Depresi

Yah, itulah sekelumit gambaran yang pernah terjadi dalam hidup saya dulu, dengan harapan agar teman-teman bisa tahu bahwa
 
 Gejala-gejala depresi harus dikenali antara lain

-          Mudah marah
-           Menarik diri dari interaksi dengan orang lain
-          Kesulitan dalam berpikir
-          Tidak bisa konsentrasi
-          Sulit tidur atau sebaliknya malah banyak tidur

 Penderita depresi juga mengalami

-        Perasaan murung terus-menerus
-         Kehilangan minat/kehilangan kesenangan
-          Atau kehilangan selera makan, sebagaimana yang saya alami dengan tidak makan seharian tanpa merasa lapar sedikitpun.  Juga bisa sebaliknya penderita  menjadi makan secara berlebih-lebihan hingga megalami kenaikan berat badan yang banyak, sebagai kompensasi.
-        Merasa tidak berharga dan merasa bersalah.
-         Mengalami kelelahan dan kehilangan tenaga
-         Dihampiri pikiran-pikiran buruk berulang-ulang terutama pikiran tentang melakukan percobaan bunuh diri dan kematian.  Dimana kasus terburuknya penderita benar-benar melakukan aksi bunuh dirinya.  Akibat pikiran mereka sendiri yang berpendapat bahwa orang-orang di sekitar mereka akan merasa lebih baik kalau mereka tidak ada.

Kesimpulannya :

Depresi adalah suatu keadaan atau penyakit dengan gejala rasa sedih yang berkepanjangan dan hilangnya minat melakukan kegiatan yang biasanya Anda sukai, diikuti dengan ketidakmampuan menjalakan kegiatan yang biasa dilakukan sehari-hari setidaknya selama dua minggu.

Hal pertama yang harus kita lakukan saat mengalami gejala-gejala seperti yang saya sebutkan di atas adalah ; curhat dengan orang-orang terdekat. Entah itu teman, anggota keluarga, suami dan psikiater. Sadari bahwa kita tidak sendiri, jadi bicaralah pada orang-orang yang bisa kita percaya. 

Sebagaimana sahabat saya Yana, seorang Survivor Depresi yang Kehilangan Anak  Pasca Melahirkan. Wanita hebat menurut saya karena berani mengungkapkan masa-masa kelamnnya saat depresi, akibat PPD hingga berhasil mendirikan Mother Hope, wadah para wanita yang mengalami depresi serupa sehabis melahirkan. 



Kisahnya bisa teman-teman lihat di youtube berikut ini.





Yah, Mba Yana menceritakan kalau dirinya berhasil melewati tahap depresi dan stigma masyarakat karena dukungan suami dan psikolog, lalu perlahan-lahan bisa bangkit seperti sekarang. Betapa besar manfaatnya sebuah dukungan dari orang-orang terdekat bagi penderita depresi. Tentu saja setelah melakukan curhat pada orang terdekat sekaligus yang dipercaya. Sebab kalau kita diam saja, maka tak akan ada yang tahu masalah yang tengah kita hadapi. Untuk itu Yuk! Curhat. Bicaralah, karena kita tidak sendirian sahabat.... 




Sebagai bentuk kepedulian dunia, WHO pun membuka program #LetsTalk hingga masyarakat yang mengalami depresi tidak merasa sendirian, kata Nursiladewi, WHO. Karena dengan curhat, cerita, sharing, akan membuka pintu jiwa yang membuat depresi dapat disembuhkan.

Apalagi bila sampai berniat untuk bunuh diri. Maka carilah waktu dan tempat yang tenang untuk bicara tentang bunuh diri dengan orang yang kita percaya. Jauhkan segera diri kita dari alat-alat yang dapat melukai (misalnya petisida, senjata api atau obat-obatan)  di rumah.

Tips penting! Belajarlah peka terhadap orang-orang yang mengalami depresi di sekeliling kita. Jangan biarkan mereka melewati masa kelam dan pahit hidupnya sendirian. Karena bisa jadi depresi menyerang anggota keluarga kita sendiri seperti suami/isteri, kakak, adik, sahabat bahkan anak kita sendiri. Sebab depresi dapat terjadi pada siapapun dan bukan merupakan kelemahan watak atau mental. Tetapi sebuah kondisi yang dipengaruhi oleh keadaan fisik maupun jiwanya. Apalagi Depresi  merupakan penyakit tidak menular yang menjadi salah satu dari 3 momok penyakit di Indonesia. Tragisnya lagi, di dunia setiap 40 detik sekali ada satu orang yang mati  bunuh diri karena mengalami depresi parah. Selain itu dampak parah dari depresi tidak hanya mengakibatkan keinginan bunuh diri atau melukai diri sendiri, tetapi juga akan berembet ke berbagai penyakit berbahaya lainnya, seperti darah tinggi, obesitas, paru-paru kronis, bahkan kanker, sehingga negara akan terbebani penyakit depresi jika tidak segera ditangani dengan benar dan tuntas.



Namun, tidak perlu khawatir yang berlebihan karena depresi dapat disembuhkan dengan terapi, bisa dalam bentuk konsultasi atau pengobatan anti depresi, atau gabungan keduanya yaitu salah satunya dengan berbagi atau bercerita, curhat pada keluarga atau teman terdekat maupun terpercaya. Untuk itu mulai sekarang Yuk! Curhat. Tak perlu malu atau jaim, karena memang kita butuh pertolongan.


Referensi :
Seminar hari kesehatan sedunia Kemenkes
Perangi Bayangan Kelam Depresi oleh Therrie Rosenvald dan Tian P.S.OEI, Ph.D, FAPS Terbitan LPSP3UI

10 komentar:

  1. Serem jg yaa ternyata.. Krn terpikir utk bunuh dirinya itu sih.. Tp takut juga kayak kejadian yg dulu sempet heboh di berita mba, ibu yg depresi lalu membunuh anak2nya.. Kasian itu :(. Sampe anaknya yg menjadi korban.. Memang jgn dianggab remeh kalo keluarga ada yang mengalami ini yaa..

    BalasHapus
    Balasan
    1. iya mbak fanni ;) kudu perduli

      Hapus
    2. Kasihan ya pada mereka yang belum bisa sembuh dari depresinya. Makasih mba Sharing ya.

      Hapus
    3. sama2 mbak ria handayani moga bermanfaat;)

      Hapus
  2. emak2 gini juga sangat rawan depresi ya mbk

    BalasHapus
  3. iya mak dekcrayon, kudu bisa mengenali emosi kapan saatnya sedih,marah kecewa dsb

    BalasHapus
  4. Alhamdulillah mbak bsa lepas dari depresinya.

    Serem juga. Ada bebrapa org yg saya kenal juga mmgarah ke depresi tapi syukurnya bisa sembuh.

    BalasHapus
    Balasan
    1. alhamdulillah berkat doa dan dukungan keluarga mbak papi kyh

      Hapus
  5. Emak2 ternyata rawan ya depresi, saya ngerasa juga pas pindah rumah di tempat yang susah cari teman sepadan. Ketika butuh curhat saya gak tahu sama siapa

    BalasHapus
    Balasan
    1. saya juga susah dapat teman sepemikiran dan nyambung sejak tinggal di kampung mbak lidha maul, tapi mau gimana lagi . Berusaha cari kesibukan aja dan curhatnya ama suami:)

      Hapus