Malam yang tak terlupakan, saat selepas Isya akhirnya kau menangis kencang Nak. Setelah 12 jam lebih Bunda berjuang mengeluarkanmu dari alam rahim, menuju alam kehidupan yang baru. Hidungmu yang bangir dan kulitmu yang bersih, dengan sepasang mata polosmu yang indah, menghapus semua rasa lelah dan sakitku. Berjuang antara hidup dan mati, demi kehadiranmu di muka bumi ini. Kau adalah hartaku yang tak ternilai harganya. Pengorbananku rasanya terbayar sudah dengan kehadiranmu di hidupku. Kami beri kau nama Muhammad Ibrahim, agar kelak kau menjadi anak yang baik dan sholeh seperti nabi Ibrahim.
Masih bunda ingat, betapa perawat yang menjagamu di ruang khusus bayi tak henti memuji ketampananmu. Rasa gemes mereka juga tak berhenti, ketika mendapatimu lebih lahap minum susu daripada bayi lainnya. Apalagi Bunda Nak, tak henti hentinya menatap dan mengelusmu penuh cinta, saat sentuhan asi Bunda, menyentuh bibir mungilmu. Seolah tak ingin berhenti, kau terus menghisap air susu Bunda dengan penuh semangat. Bahkan sesampainya di rumah, Bunda sering terbangun tiap sebentar, karena kau ingin terus menyusui.
Kebutuhanmu akan asi Bunda, memang lebih besar dari kakakmu Balqis. Meski lebih repot, tapi Bunda sangat senang sekali, melihat kau tumbuh sehat dan bergantung penuh pada ASI Bundamu ini. Memang begitulah seharusnya, Nak. Kau tergantung padaku dalam hal pemenuhan makanan dan cinta kasih serta bonding dariku. Bundamu ini juga bergantung pada isapanmu, agar asi Bunda bisa terus keluar dengan lancar. Sehingga bonding diantara kita bisa terus terjalin. Sebab tak semua anak dan ibu seberuntung kita, yang karena berbagai faktor dan kendala, tak bisa menyusui secara maksimal. Rasa syukur pun Bunda panjatkan Nak, sebab bagi Bunda ini sebuah ketergantungan yang indah.
Baim Berusia 15 tahun
Tapi suatu hari yang tak pernah bunda lupakan adalah saat bonding melalui sentuhan asi yang indah diantara kita harus berakhir begitu saja. Semua bermula ketika mendapati pupmu yang tidak normal seperti biasanya. Tak hanya lebih cair, tapi juga mengandung bercak darah. Jelas Bunda panik, meski kau tidak rewel dan masih mau menyusu. Tanpa menunggu lagi, Bunda segera membawamu ke dokter anak. Untuk menghentikan diaremu yang lebih dari 5 kali sehari.
Mulanya bunda pikir hanya diare biasa, yang akan langsung berhenti begitu minum obat dari dokter. Tapi diaremu tetap berlangsung selama beberapa hari. Sudah hampir satu bulan Bunda berikhtiar menyembuhkan diaremu, dengan berganti ganti dokter yang cocok dan bisa menghentikan pupmu yang terus cair. Herannya semua dokter melakukan hal yanga sama, hanya meresepkan obat diare dan makanan khusus untuk diare. Tapi diaremu tetap tetap sembuh juga. Sementara dirimu semakin kurus dan layu, meski tak pernah menangis rewel karena sakit. Bahkan saat berkali-kali jarum infus melukai tangan mungilmu.
Tribunnews.com
Duhai, sakit apakah gerangan dirimu anakku sayang? Mengapa tak satupun dokter mencari tahu sakitmu yang sebenarnya? Sebab bila sudah jelas sakitnya, maka pengobatannya pun bisa lebih tepat. Bukan hanya coba coba, tapi tak kunjung membaik juga. Bunda tak ingin berprasangka buruk karena dokter juga manusia. Mereka juga sudah berusaha menyembuhkanmu. Hanya saja hati Bunda hancur sekali melihat kondisimu yang tak kunjung membaik.
Bagi bunda, ini adalah ujian terbesar karena tak ada yang bisa menggantikan cinta Bunda padamu, sebagaimana air susu Bunda yang tak tergantikan. Tapi rupanya Tuhan ingin tahu bahwa rasa cinta Bunda pada-Nya apakah lebih besar? Walau fitrahnya cinta seorang ibu takkan terukur besarnya, saking luasnya. Tapi yang pasti, Bunda mencintaimu Nak, karena ada cinta Tuhan dalam dirimu. Untuk itulah bunda terus berusaha mengupayakan kesembuhan, bahkan melalui doa doa panjang untukmu. Bagaimanapun sebagai manusia, kemampuan Bundamu sangatlah terbatas. Untuk itulah Bunda meminta kekuatan dan bantuan dari Tuhan, melalui doa doa yang tiada lelah Bunda panjatkan.
Di sinilah Baim lahir
Sampai akhirnya Tuhan menjawab doa itu lewat seorang dokter yang menyarankan agar dirimu dirawat inap dan tinjamu di periksa di laboratorium. Ternyata ada virus yang menggerogoti ususmu, Nak. Dan virus tersebut sangat asing serta jarang ditemui di dunia kedokteran. Subhanallah....Oleh dokter terakhir ini, dirimu yang masih berusia di bawah 6 bulan disarankan untuk berpuasa selama tiga hari, agar ususmu diistirahatkan dulu, karena virusnya sudah sampai menyerang ususmu.
Dan, saat inilah ujian terberat itu di mulai. Betapa sedihnya menyaksikan dirimu menangis disaat kehausan karena harus berpuasa. Sementara Bunda tak boleh memberikanmu apapun, selain obat, bahkan air putih sekalipun. Yang lebih menyakitkan, asi Bunda yang begitu kau sukai juga tak boleh diberikan setetespun. Seperti mendengar kabar yang begitu mengejutkan rasanya ketika bunda juga disuruh berhenti dulu menyusuimu. Sebab setiap bunda susui, dirimu langsung mencret. Jadi oleh dokter kamu hanya boleh minum susu khusus diare, ketika selesai berpuasa. Dokter dan perawat juga berkali kali meghibur Bunda bahwa kau tidak bakal kehausan atau kelaparan, karena sudah diberi infus selama berpuasa, agar kondisimu tidak terlalu lemah.
Terus terang Bunda tak mengerti mengapa tak boleh menyusuimu. Apakah asi Bunda semakin jelek dan tak baik bagimu? Tanya itu terus menghinggapi hati ini yang sangat sedih karena kehilangan sentuhan cintamu lewat asiku. Mungkin kau juga merasakan sedih dan kehilangan itu lewat tangismu.
Tapi lagi lagi Bunda tak ingin berprasangka macam-macam pada dokter yang merawatmu. Yang ada dipikiran Bunda hanyalah agar kau segera sembuh anakku. Meski banyak orang sekitar melontarkan kritikan bahwa tak masuk akal anak yang sakit tidak boleh diberi asi. Seharusnya sebaliknya, ketika sakit justru anak harus semakin sering di beri asi. Sebab asi salah satu penyembuh dan sebagai penguat imunitas anak. Tapi kalau dengan asiku, kau malah semakin sakit, haruskah Bunda terus memaksakan diri menyusuimu? Sungguh sebuah dilema dan keputusan yang amat berat anakku.
Mungkin dokter lebih tahu yang terbaik untukmu saat sakit diare kronis seperti ini. Alhamdulillah setelah di rawat beberapa hari, akhirnya pupmu normal kembali Nak. Dirimu sembuh dari diare akut yang hampir merenggut nyawamu, andai terlambat dalam penanganannya. Meskipun bunda harus membayar mahal dengan tak bisa lagi memberimu asi. Tapi bukan berarti bonding diantara kita terhenti. Sebagaimana cinta dan kasih sayang bunda yang takkan pernah berhenti padamu. Lewat kehadiran sentuhan cinta Bunda yang selalu ada untukmu.