Rabu, 18 September 2019

Tak Layakkah Asi Bunda Untukmu, Nak



Malam yang tak terlupakan, saat selepas Isya  akhirnya kau menangis kencang Nak. Setelah 12 jam lebih Bunda berjuang mengeluarkanmu dari alam rahim, menuju alam kehidupan yang baru. Hidungmu yang bangir dan kulitmu yang bersih, dengan sepasang mata polosmu yang indah, menghapus semua rasa lelah dan sakitku. Berjuang antara hidup dan mati, demi kehadiranmu di muka bumi ini. Kau adalah hartaku yang tak ternilai harganya. Pengorbananku rasanya terbayar sudah dengan kehadiranmu di hidupku. Kami beri kau nama Muhammad Ibrahim, agar kelak kau menjadi anak yang baik dan sholeh seperti nabi Ibrahim.



Masih bunda ingat, betapa perawat yang menjagamu di ruang khusus bayi tak henti memuji ketampananmu. Rasa gemes mereka juga tak berhenti, ketika mendapatimu lebih lahap minum susu daripada bayi lainnya. Apalagi Bunda Nak, tak henti hentinya menatap dan mengelusmu penuh cinta, saat sentuhan asi Bunda, menyentuh bibir mungilmu. Seolah tak ingin berhenti, kau terus menghisap air susu Bunda dengan penuh semangat. Bahkan sesampainya di rumah, Bunda sering terbangun tiap sebentar, karena kau ingin terus menyusui. 



Kebutuhanmu akan asi Bunda, memang lebih besar dari kakakmu Balqis. Meski lebih repot, tapi Bunda sangat senang sekali, melihat kau tumbuh sehat dan bergantung penuh pada ASI Bundamu ini. Memang begitulah seharusnya, Nak. Kau tergantung padaku dalam hal pemenuhan makanan dan cinta kasih serta bonding dariku. Bundamu ini juga bergantung pada isapanmu, agar asi Bunda bisa terus keluar dengan lancar. Sehingga bonding diantara kita bisa terus terjalin. Sebab tak semua anak dan ibu seberuntung kita, yang karena berbagai faktor dan kendala, tak bisa menyusui secara maksimal. Rasa syukur pun Bunda panjatkan Nak, sebab bagi Bunda ini sebuah ketergantungan yang indah.




                    Baim Berusia 15 tahun

Tapi suatu hari yang tak pernah bunda lupakan adalah saat bonding melalui sentuhan asi yang indah diantara kita harus berakhir begitu saja. Semua bermula ketika mendapati pupmu yang tidak normal seperti biasanya. Tak hanya lebih cair, tapi juga mengandung bercak darah. Jelas Bunda panik, meski kau tidak rewel dan masih mau menyusu.  Tanpa menunggu lagi, Bunda segera membawamu ke dokter anak. Untuk menghentikan diaremu yang lebih dari 5 kali sehari.

Mulanya bunda pikir hanya diare biasa, yang akan langsung berhenti begitu minum obat dari dokter. Tapi diaremu tetap berlangsung selama beberapa hari. Sudah hampir satu bulan Bunda berikhtiar menyembuhkan diaremu, dengan berganti ganti dokter yang cocok dan bisa menghentikan pupmu yang terus cair. Herannya semua dokter melakukan hal yanga sama, hanya meresepkan obat diare dan makanan khusus untuk diare. Tapi diaremu tetap tetap sembuh juga. Sementara dirimu semakin kurus dan layu, meski tak pernah menangis rewel karena sakit. Bahkan saat berkali-kali jarum infus melukai tangan mungilmu. 

                         Tribunnews.com

Duhai, sakit apakah gerangan dirimu anakku sayang? Mengapa tak satupun dokter mencari tahu sakitmu yang sebenarnya? Sebab bila sudah jelas sakitnya, maka pengobatannya pun bisa lebih tepat. Bukan hanya coba coba, tapi tak kunjung membaik juga. Bunda tak ingin berprasangka buruk karena dokter juga manusia. Mereka juga sudah berusaha menyembuhkanmu. Hanya saja hati Bunda hancur sekali melihat kondisimu yang tak kunjung membaik.

Bagi bunda, ini adalah ujian terbesar karena tak ada yang bisa menggantikan cinta Bunda padamu, sebagaimana air susu Bunda yang tak tergantikan. Tapi rupanya Tuhan ingin tahu bahwa rasa cinta Bunda pada-Nya apakah lebih besar? Walau fitrahnya cinta seorang ibu takkan terukur besarnya, saking luasnya. Tapi yang pasti, Bunda mencintaimu Nak, karena ada cinta Tuhan dalam dirimu. Untuk itulah bunda terus berusaha mengupayakan kesembuhan, bahkan melalui doa doa panjang untukmu. Bagaimanapun sebagai manusia, kemampuan Bundamu sangatlah terbatas. Untuk itulah Bunda meminta kekuatan dan bantuan dari Tuhan, melalui doa doa yang tiada lelah Bunda panjatkan.

Di sinilah Baim lahir

 Sampai akhirnya Tuhan menjawab doa itu lewat seorang dokter yang  menyarankan agar dirimu dirawat inap dan tinjamu di periksa di laboratorium.  Ternyata ada virus yang menggerogoti ususmu, Nak. Dan virus tersebut sangat asing serta jarang ditemui di dunia kedokteran.  Subhanallah....Oleh dokter terakhir ini, dirimu yang masih berusia di bawah 6 bulan disarankan untuk berpuasa selama tiga hari, agar ususmu diistirahatkan dulu, karena virusnya sudah sampai menyerang ususmu. 
Dan, saat inilah ujian terberat itu di mulai. Betapa sedihnya menyaksikan dirimu menangis disaat kehausan karena harus berpuasa. Sementara Bunda  tak boleh memberikanmu apapun, selain obat, bahkan air putih sekalipun. Yang lebih menyakitkan, asi Bunda yang begitu kau sukai juga tak boleh diberikan setetespun. Seperti mendengar kabar yang begitu mengejutkan rasanya ketika bunda juga disuruh berhenti dulu menyusuimu. Sebab setiap bunda susui, dirimu langsung mencret. Jadi oleh dokter kamu hanya boleh minum susu khusus diare,  ketika selesai berpuasa.  Dokter dan perawat juga berkali kali meghibur Bunda bahwa kau tidak bakal kehausan atau kelaparan, karena sudah diberi infus selama berpuasa, agar kondisimu tidak terlalu lemah.
Terus terang Bunda tak mengerti mengapa tak boleh menyusuimu. Apakah asi Bunda semakin jelek dan tak baik bagimu? Tanya itu terus menghinggapi hati ini yang sangat sedih karena kehilangan sentuhan cintamu lewat asiku. Mungkin kau juga merasakan sedih dan kehilangan itu lewat tangismu. 
Tapi lagi lagi Bunda  tak ingin berprasangka macam-macam pada dokter yang merawatmu. Yang ada dipikiran Bunda hanyalah  agar kau segera sembuh anakku. Meski banyak orang sekitar melontarkan kritikan bahwa tak masuk akal anak yang sakit tidak boleh diberi asi. Seharusnya sebaliknya, ketika sakit justru anak harus semakin sering di beri asi. Sebab asi salah satu penyembuh dan sebagai penguat imunitas anak. Tapi kalau dengan asiku, kau malah semakin sakit, haruskah Bunda terus memaksakan diri menyusuimu? Sungguh sebuah dilema dan keputusan yang amat berat anakku. 
Mungkin dokter lebih tahu yang terbaik untukmu saat sakit diare kronis seperti ini.  Alhamdulillah setelah di rawat beberapa hari, akhirnya pupmu normal kembali Nak. Dirimu sembuh dari diare akut yang hampir merenggut nyawamu, andai terlambat dalam penanganannya. Meskipun bunda harus membayar mahal dengan tak bisa lagi memberimu asi. Tapi bukan berarti bonding diantara kita terhenti. Sebagaimana cinta dan kasih sayang bunda yang takkan pernah berhenti padamu. Lewat kehadiran sentuhan cinta Bunda yang selalu ada untukmu. 

39 komentar:

  1. Terharu sekali membaca cerita ini, kasih Bunda sepanjang masa

    BalasHapus
  2. Terharuuu. Mba, mohon maaf kalau pertanyaan saya nyebelin. Apa benar si virus diare bisa datang dari ASI ya?

    Tapi, cinta ibu sepanjang masa. Nggak akan tergantikan.

    BalasHapus
  3. Mungkin juga mbak, saya juga jadi penasaran ampe sekarang. Tapi kata dokternya virus dari lingkungan sekitar. Nah gak bileh asi dulu itu yg bikin saya bingung

    BalasHapus
  4. MashAllah kak, Semoga Ibrahim tumbuh menjadi anak yg sholeh buat bunda dan keluarga. Emang kasih ibu tidak akan pernah terbalas. Makasih udh sharing ya kakak

    BalasHapus
  5. Mashaallah mbak menyentuh hati banget, Alhamdulillah sekarang Baim udah dewasa dan jadi sosok yang tampan. Semoga Baim baca blog bundanya betapa sayangnya mbak terhadap anaknya. Kebetulan adikku seumuran Baim mbak :))

    Keingetan ibu yang jadi temen curhat dan berantem. Inget waktu yang dihabiskan mungkin ga sebanyak waktu ibu ngerawat aku T-T

    Padahal waktu mengAsihi itu waktu yang ditunggu para ibu ya mbak, tapi semenjak puasa 3 hari tidak ada keluhan tentang ususnya lagi ya mbak?

    BalasHapus
  6. Kena rotavirus ya, Mba? Alhamdulillah waktu itu cepat pulih ya, Mba. Semoga selalu sehat dan mas Baim tumbuh menjadi pribadi yang sholeh, bahagia dan selalu dekat dengan bundanya.

    BalasHapus
  7. Speechless bacanya mom.. indeed, berhenti mengASI bukan ebrsrri berhenti mengasihi yaa.. setiap ibu pasti ingin ya YG terbaik bagi buah hatinya. Barakallah mom.

    BalasHapus
  8. Terharu banget bacanya mbak, mengalir banget. Kebayang situasinya saat itu. Alhamdulillahh skrg Mas Baim bisa tumbuh sehat ya mbak,

    BalasHapus
  9. MasyaAllah.. anaknya alergi ASI bunda gitu ya? Anak teman saya juga ada yang begitu, dicurigai alergi ASI ibunya sendiri. Setiap kali minum ASI malah mencret-mencret.

    BalasHapus
  10. MasyaAllah, sedih banget bacanya.... Apalagi kalaubsejauh ini tahu anak sakit harus tetap diberi Asi, tapi ibunya pantang makanan yg pedas dan sush sapi. Duh, alhamdulillah sdh melewati masa-masa kritis, insyaAllah bonding selalu terbentuk dari kasih sayang dan dekapan bunda.

    BalasHapus
  11. Allah Maha Tahu yg terbaik buat kita ya Mbak.
    Alhamdulillah Anaknya sudah besar sekarang sehat dan ganteng #eh
    Semoga makin Soleh ya Nak... Amin...

    BalasHapus
  12. Terharu bacanya mbak, emang kasih ibu sepanjang masa ya mbak. Aku baru tau ada virus yg kayak gitu mbak, pasti sakit banget lihat anak yg masih 6 bulan udah disuruh puasa cuma gara2 virus😭😭

    BalasHapus
  13. Selalu ada hikmah di balik setiap kejadian, walaupun saat itu memang pasti bikin sedih banget, ya, Mba.... In sya Allah Tak mengurangi kasih sayang seorang ibu, karena pasti akan memberi yang terbaik.

    BalasHapus
  14. Luar biasa sekali perjuangannya bunda. Mungkin virusnya bukan berasal dari ASI tapi memang bisa dari mana saja. Apalagi anak bayi suka sekali memasukan tangan ke mulut. Kalau disuruh berhenti ASI mungkin memang itu yang terbaik, bunda sudah melakukan hal yang tepat. Bonding tetap dapat dilakukan tanpa ASI kok.

    BalasHapus
  15. Ibu memang ikatannya kuat banget sma anak2nya ini dlu yang aku rasakan saat anakku sakit..alhamdulilah y moms anakmu bisa sehat kembali

    BalasHapus
  16. Ya Allah, aku ikutan merasa sedih banget bunda..Rasanya aku yang mengalami padahal aku belum pernah merasakan.. Semoga aku segera jadi ibu (aamiin).. Kesabaran yang berbuah manis ya akhirnya skrg baim sudah besar.. Barakallahu fi kum...

    BalasHapus
  17. Duh, bisa segitunya ya Bun diarenya. Alhamdulillah pada akhirnya bisa ditangani dan si adek sehat. Berat pastinya harus berhenti menyusui. Saat nyapih 2 tahun aja berat. Apalagi kalo anaknya masih bayi. Sehat-sehat selalu semuanya. :)

    BalasHapus
  18. Alhamdulillah mas Baim udah 15 tahun dan bisa melewati situasi yang sulit, diare memang salah satu jenis penyakit yang tidak bisa dianggap sepele

    BalasHapus
  19. Mbak, itu tapi setelah sembuh boleh minum asi lagi tidak? Atau terus ga boleh minum ASI? Alhamdulillah semua sudah berlalu dan buah hatinya tetap sehat..

    BalasHapus
    Balasan
    1. Tetap gak boleh di beri asi mbak, jadi susu khusus diare terus

      Hapus
  20. Subhanallah~
    Perjuangan seorang Ibu dan ananda.

    Semoga Allah yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang memberikan ibroh atas setiap kejadian.

    BalasHapus
  21. MashaAllah perjuangan seorang ibu ya mbak, walau hanya hitungan bulan untuk bisa memberikan ASI eksklusif tetapi peran ibu tidak bisa pudar walau tidak bisa memberikan ASI ekslusif secara full

    BalasHapus
  22. Semangat mbak, doa yang terbaik untuk kesehatan anak-anak. ASI merupakan minuman terbaik namun menjaga kesehatan anak-anak yang terutama. Sehat selalu ya mbak dan anak-anak.

    BalasHapus
  23. Ya Allah aku enggak nyangka sampai begini. Baru tahu jika ASI bikin alergi. Padahal awal-awalnya tidak mencret kan Bun? Umur berapa bulan mencret? InsyaaAllah niat Bunda mengASIhi sudah dicatat Allah 😘 .

    BalasHapus
  24. Smoga si kecil sellau sehat ya mba. Hati siapa yang tak sedih jika liat anaknya sakit :( Peluk jauuuhh

    BalasHapus
  25. Aku terharu baca perjuangan nya mbak. Setiap ibu pasti punya ujian dan perjuangan sendiri membesarkan anak-anaknya ya. Semoga semuanya dicatat oleh Allah sebagai amal baik yang tidak terhingga pahalanya.

    BalasHapus
  26. Sedih pasti ya mba ga bs ksh full Asi ke anak tapi yg terpenting anak sehat itu ud lbh dr cukup, mksh y mba sharing nya

    BalasHapus
  27. Masya Allah.. barakallah bun. Berhenti memberikan ASI bukan Berarti berhenti mengasihi. Insya Allah sesedikit apapun ASI yang diberikan, Allah berikan pahala berlimpah

    BalasHapus
  28. Masya Allah tabarakallah semoga bisa memberikan ASI untuk anak-anakku yang nantinya, Aamiin Allahumma Aamiin

    BalasHapus
  29. Masyaaaallah mba, kisah yang sungguh bikin buibu manapun tersentuh, karena semua Ibu pasti ingin memberikan yang terbaik pada anaknya, termasuk dalam pemberian ASI di 6 bulan awal kehidupan mereka

    BalasHapus
  30. Ya Allah mbak, aku ikutan haru baca ceritanya. Memberikan ASI memang perjuangan sekali untuk ibunya tapi bagaimana jika si anak tidak boleh meminum asi karena harus observasi ya mbak.

    BalasHapus
  31. Mba.. peluk dari jauh yaa... pasti saat itu mbak jadi orang yang paling sedih sedunia ya.. aku tau rasanya.. karena anakku pernah di nicu selama 4 malam karena bilirubin tinggi hiks.. Alhamdulillah ya mbak sekarang baim sehat atas ijin Allah baim bisa tumbuh seperti sekarang

    BalasHapus
  32. Mbak.. Memang rasanya terluka banget saat kita ga bisa nyusui bayi. Saat anakku lahir dengan gangguan nafas, aku pun ga boleh ngasih ASI, ga berenti nangis liat kondisi bayi yg sesak dengan banyaknya selang bahkan tubuhnya hampir membiru. Tapi dokter ga bolehin supaya kondisi napas nya stabil. Alhamdulillah Allah kasih kesehatan sampe skarang

    BalasHapus
  33. Terharu saya mbak, alhamdulillah baim sudah tumbuh sehat ya mbak

    Meskipun untuk asi mengandung virus masih harus diteliti lbh lanjut


    Saat saya msh menyusui saya biasanya akan mrncari dsa yg pro asi

    BalasHapus
  34. Terharu banget bacanya kak, perjuangannya Masya Allah :") semoga dedek bayi selalu sehat ya kak

    BalasHapus
  35. Selalu sehat ya mbaaa, ak terharu banget baca rangkaian kisahnya

    BalasHapus
  36. YA allah bun. Gak kebayang baik disuruh puasa 3 hari. Anakku aja mau ct scan puasa 12 jam aja lemesnya kayak gimana

    BalasHapus
  37. Penasaran banget, kenapa kok sampai nggak boleh kasih ASI?
    Tetapi mbak sungguh ibu yang luar biasa. Senangnya menjadi mas Baim.

    BalasHapus