Mom Blogger Community

Mom Blogger Community
Member Of MBC

Senin, 07 September 2020

Kejenuhan Dalam Rumah Tangga

 Perkawinan yang indah bisa menyembuhkan luka-luka emosional lama secara lebih efektif ketimbang terapi terbaik sekalipun. Dari buku 101 hal yang sebaiknya diketahui dan disiapkan sebelum menikah)



Cinta yang tadinya meletup-letup tiba-tiba terasa hambar. Pernikahan yang dijalani pun mulai terasa datar. Benih-benih cinta yang membara seakan meluap entah kemana. Yang ada berbulan-bulan saling cuek dan mendiamkan satu sama lain. Sekalinya berbicara langsung emosi ingin meledak. Kemarahan dibiarkan terpendam selama bertahun-tahun. Hati-hati, ini salah satu tanda adanya kejenuhan dalam pernikahan. Kenali juga tanda yang lainnya yaitu;

Hubungan suami istri terutama sex yang dilakukan hanya sekedar memenuhi kewajiban saja. Tak ada lagi gairah di dalamnya. 

Secara fisik mudah lelah karena hubungan dengan pasangan yang buruk

Secara psikis mudah frustrasi dan marah

Akibatnya terjadilah yang namanya hubungan tanpa status di dalam status yaitu hubungan yang terjadi dalam ikatan pernikahan tanpa adanya ikatan emosi alias hidup masing-masing. Tidur seranjang tapi saling membelakangi. Serumah tapi seperti tak saling kenal dan tak saling berbicara..

Waspadai bila hal ini terjadi pada hubungan pernikahan Anda karena kejenuhan dalam pernikahan merupakan sesuatu yang tudak wajar. Sudah pasti karena seharusnya rumah tangga adalah tenpat bertumbuh dan berseminya cinta antara dua orang yang saling mencintai. Bukan saling benci atau merasa bosan satu sama lainnya. Lantas? kemana cinta itu pergi yang memicu timbulnya bibit kejenuhan? Salah satu penyebabnya karena hilangnya sesuatu dari pasutri, bisa berupa kebiasaan atau mungkin hadirnya hal-hal yang tak tersampaikan. Kebiasaan yang tadinya membuat pasangan jatuh cinta seperti bersikap lembut, perhatian romantis dsb.

Namun seiring berjalannya waktu dan karena suatu factor, kebiasaan itu tak ada lagi. Sedangkan alasan yang kedua tentunya berhubungan dengan perasaan, harapan dan kebutuhan pasangan yang tak dapat dipenuhi oleh pasangannya. Bisa berupa kemarahan yang dipendam oleh sikap pasangan yang tak disukai seperti kelewat boros, suami yang yang cuek dan tak perhatian ketika istri repot mengurus anak dan rumah tangga yang tak ada habisnya. Juga bisa karena kebiasaan lainnya dari pasangan yang dibenci dan tak disukai. Kisah seorang istri dibawah ini salah satu contoh bibit kejenuhan pernah melanda rumah tangganya. 


Dulu suami saya sering sekali lembur kerja. Bayangkan pagi pagi sekalit sudah pergi bekerja dan pulang larut malam. Memang sih tempat kerja suami jauh hingga menyebabkannya selalu pulang malam. Eh, begitu pulang dia pulang saya malah udah capek ngurus rumah dan anak. Jadi begitu selesai menyiapkan makan malam saya tak tahan untuk langusng tidur. Akibatnya kami jadi jarang ngobrol. Tapi begitu hari libur, suami malah tidur seharian.  Kalau sudah bangun tidur, suami malah asyik di depan Lepinya. Kapan dong kami jadi punya waktu berdua? Padahal saya ingin suami mengajak saya berjalan-jalan berdua seperti dulu saat awal menikah.   

Keadaan ini berlangsung lama sampai-sampai di dalam hati saya merasa selama ini hanya menajdi orang tua tunggal buat anak saya karena suami sepertinya sibuk sendiri. Jenuh pun melanda hati saya dengan hubungan rumah tangga kami yang seperti ini. Menbuat saya semakin sering berpikiran negative pada suami. Dampaknya saya malah sering sakit-sakitan. Untungnya suami berubah jadi perhatian demi melihat kondisi saya. Moment ini saya gunakan untuk mengungkapkan semua uneg-uneg dan yang mengganjal dihati ke suami.   Hasilnya sekarang sebelum tidur suami mau mengajak saya  ngobrol dan saya memijat suami. Alhamdulillah suasana pernikahan kami sekarang kian terasa menyenangkan. (Nia nama samaran))


Rasa jenuh memang bisa muncul akibat pasangan berubah tak lagi seperti dulu bak lagu dewi yull kau bukan yang dulu lagi, kau bukan dirimu lagi. Kecewa rasanya, padahal  dulunya dia  lemah lembut, tutur katanya sopan santun dan mengerti perasaan kita bak kucing anggora. Tapi kini berubah menjadi banteng matador yang galak, pemarah, agresif dan tidak perduli perasaan orang lain ! Dari sini sebenarnya dapat kita pertanyakan sebenarnya siapakah yang turut andil mampu merubahnya dari kucing anggora menjadi banteng matador? Jawabannya sebenarnya tanpa disadari kita sendirilah yang telah merubahnya seperti itu. Dari cara kita merespon pasangan dan cara kita bersikap yang cenderung merendahkan atau meremahkan pasangan. Mungkin lewat ucapan, bahasa tubuh, tatapan mata, yang semuanya bisa mematikan perasaan pasangan hingga berubah menjadi pembunuh berdarah dingin.  Cara inilah yang membuat pasangan menjadi kurang menghargai dan tidak mau mendengarkan kita lagi. Sehingga dia tidak percaya lagi dengan apa yang kita katakan. Sungguh prihatin.

Penyebab kedua kejenuhan bisa terjadi akibat harapan yang terlalu tinggi pada pasangan sebelum menikah. Misalnya berharap suaminya orang yang kaya raya sehingga bisa memberi kemewahan atau pun sering mengajak nya makan malam tiap weekend. Ternyata setelah menikah, sang suami tak berpenghasilan sesuai harapan istri.

Penyebab ketiga baru ngeh kalau pasangangannya ternyata pencemburu berat misalnya atau suka lupa waktu dengan hobinya sehingga istri atau suami merasa dicuekkan atau diduakan tanpa mendapatkan perhatian yang semestinya.

Tentunya masih banyak penyebab lainnya yang memicu tumbuhnya bibit kejenuhan dalam hubungan pasutri seperti yang diungkapkan oleh pemerhati perempuan Siti Ansariah, MA yang juga anggota perhimpunan yaitu 

Adanya komunikasi yang tidak tuntas sebelum menikah atau masa penjajakan. Dimana saat itu pasangan hanya membahas hal-hal yang terlihat tapi tidak konteks dirinya.

Perilaku mental pasangan dan kebiasaan melempar tanggung jawab pada pasangan atas harapan yang tidak tercapai tanpa pernah mau memperbaikinya bersama. 


Bila hal ini sudah terjadi, maka menurut Psikolog Roslina Verauli M. Psi. langkah awal yang harus dilakukan adalah menyikapi kejenuhan dengan reaksi yang tidak meledak-ledak. Lebih baik membicarakannya dengan pasangan secara baik-baik misalnya dengan mengatakan

  Aku merasa ada yang tidak tersampaikan atau kita sudah lama tidak ngobrol.

Selanjutnya Roslina menyarankan 5 hal untuk mengobati kejenuhan yaitu 

Berhenti mengingat masa lalu hingga menghayatinya secara keliru yang membuat kita kehilangan kemampuan untuk mencintai masa sekarang

Menghidupkan kembali komunikasi 2 arah yang dilingkupi rasa saling percaya dan loyal satu sama lain.

Adanya kompromi dengan saling menyesuaikan diri Dalam penyesuain ini tentunya membutuhkan pengorbanan dan kerjasama dua pihak. Yang perlu diperhatikan penyesuain bukan berarti mengalah tapi menurunkan prosentase kekurangan kita yang tidak disukai pasangan ungkap Roslina lagi.

Secara bersungguh-sungguh mengusahakan hubungan !00 % dengan pasangan. Berusaha menjalin kedekatan agar hubungan selalu hangat seraya meluangkan waktu untuk melakukan aktivitas bersama pasangan contohnya lewat senyuman hangat, penampilan yang mempesona dsb

Menyelipkan rasa humor dalam hubungan pasutri hingga mudah tertawa dan menertawakan masalah yang dihadapi sehingga membuka kesempatan untuk memandang masalah dari sudut yang berbeda. 

Nabi Saw sendiri bersabda .Bahwa segala bentuk permainan itu batil bagi anak Adam kecuali tiga perkara : melepaskan anak panah bagi busurnya, latihan berkuda dan senda gurau (bermain-main) bersama keluarganya, karena itu adalah hak bagi mereka.  


Mengacu pada hadist ini dapatlah disimpulkan bahwa sesungguhnya canda dalam kehidupan rumah tangga tidak hanya berfungsi sebagai bumbu, tapi juga mampu mengurangi stress, kepenatan dan kebosanan serta bisa mencairkan suasana hingga menciptakan keharmonisan dan suasana yang lebih romantis.

Intinya selain tips diatas yang terpenting action lebih dulu dalam berupa tindakan nyata sangat diperlukan dengan mengekspersikan bentuk cinta dan mau menjadi pendengar yang baik bagi pasangan. Jadi bukan hanya sekedar ucapan I Love U tanpa tindakan yang mampu menguatkan keyakinan pasangan.